Koran Pertama di Indonesia

Koran pertama di IndonesiaSaat ini, ( walaupun sudah ada media digital, TV dll ), Koran masih tetap menjadi pilihan banyak orang, mulai dari kelas bawah hingga kelas atas untuk menemani minum kopi pagi2. yah, walaupun sangat sedikit persentase orang yang berlangganan Koran, namun dipostingan saya kali ini, akan memberikan informasi tentang apakan nama dan asal-usul koran pertama yang resmi dicetak oleh putra di Indonesia, ini dia...

PADA mulanya adalah Benyamin Haris yang menerbitkan surat kabar pertama di Boston, Amerika, tahun 1690. Masa itu kawasan ini masih jadi jajahan Inggris. Gaung penerbitan surat kabar yang sudah dikenal bangsa Eropa sejak abad 17 itu sampai juga ke Batavia. Izin menerbitkan surat kabar kala itu tak mudah juga sebab penguasa VOC alergi terhadap kritik atau sekadar komentar. Soal penguasa yang alergi kritik rupanya masih saja terbawa hingga di abad milenium ini.

















Koran Bataviasche Nouvelles

Willem Baron van Imhoff, Gubernur Jenderal VOC periode 1743-1750, tak hanya membangun gedung Toko Merah, Academi de Marine, mendirikan masyarakat candu di Batavia, tapi juga memperkenalkan warga Batavia dengan yang namanya surat kabar. Izin terbit surat kabar itu baru diberikan setelah sekitar lima bulan diajukan -7 Agustus 1744 diajukan, izin terbit baru keluar Februari 1745. Sifat penguasa VOC yang enggan pada kritik menjadi salah satu alasan Imhoff ogah-ogahan menerbitkan izin. Padahal isi surat kabar yang pertama kali terbit itu hanya memuat aneka berita tentang kapal dagang VOC, mutasi pejabat, berita perkawinan, kelahiran, kematian. Pembacanya juga terbatas pada masyarakat Belanda sendiri.

Bataviasche Nouvelles, begitu nama koran itu. Dari hanya berisi pengumuman, koran ini kemudian berkembang cepat menjadi koran yang berisi kritik terhadap perbudakan di Batavia dan perilaku penguasa VOC. Tepat pada 20 Juni 1746, demikian dicatat dalam buku "Toko Merah: Saksi Kejayaan Batavia Lama di Tepi Muara Ciliwung" oleh Thomas B Ataladjar, koran pertama ini dibredel. Kiprah Imhoff yang berusia pendek, meninggal pada tahun 1750 ketika ia masih menjabat sebagai gubernur jenderal, baru dilanjutkan 30 tahun kemudian. Verdu Nieuws, meneruskan Bataviasche Nouvelles, dalam bentuk surat kabar mingguan yang berisi iklan.

Koran lain, Al Juab, muncul di tahun 1795 yang berisi tentang agama Islam tapi tak bertahan lama. Koran berbahasa Melayu, dan merupakan koran pertama untuk umum, ini mati pada 1824. Pengganti surat kabar ini adalah Bianglala yang kemudian berganti nama menjadi Bintang Johar.

Sementara nasib Verdu Nieuws atau Surat Lelang berganti nama menjadi Bataviasche Koloniale Courant di masa Daendels. Di masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles (1811-1816), terbit surat kabar Java Gouvernment Gazette yang kemudian berganti nama menjadi Bataviasche Courant di saat Batavia kembali ke tangan Belanda. Koran ini terus hidup dan berganti nama menjadi Javasche Courant pada 1827. Di zaman Jepang, 1942, koran ini berganti nama menjadi Ken Po. Pada tahun 1852 muncul pula koran Java Bode yang bertahan hingga 1958.

Tahun 1870 hingga 1886 di Batavia ada surat kabar Bintang Barat yang terbit dua kali seminggu. Koran ini menjadi harian hingga 1889. Pada perkembangan selanjutnya orang Tionghoa dan Belanda berperan penting dalam penerbitan surat kabar.

Nah gimana kamu termasuk yang seneng baca gk ? klo iya kenapa ? kalo engga kenapa ?

SHARE

Nino Niko

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

2 komentar:

Tariq Kusuma's Official Personal Blog